megamaull's area

Minggu, 30 Oktober 2016

Dijajah Dunia Maya

           62 komentar    
Apa Kabar Kehidupan Nyata?
Oleh: Mega Maulida Putri

Hasil gambar
Sumber: Google

Gadget? Hmm.. siapa sih yang tak tahu gadget? Siapa pula yang tak memiliki gadget? Saat ini, gadget bukanlah hal asing bagi kalangan masyarakat. Mungkin, gadget juga merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan mereka. Tak ada orang yang melupakan gadgetnya. Gadget menjadi barang terpenting yang harus dibawa kemanapun dan kapanpun.
Di Indonesia, gadget bisa menjadi ajang saing dalam kalangan masyarakat itu sendiri. Salah satu jenis gadget adalah handphone. Seiring perkembangan zaman pun spesifikasi handphone semakin maju, semakin canggih, namun semakin mahal pula harga yang ditawarkannya.

Perkembangan terjadi dari generasi ke generasi, contohnya internet. Internet dipengaruhi oleh sinyal seluler. Nah, sinyal selulernya ini lah yang semakin meningkat, mulai dari GSM, GPRS, EDGE, 3G, HSPA, HSPA+, dan saat ini 4G.

Semakin tinggi tingkatan jaringan seluler, semakin cepat pula koneksi internetnya. Semakin cepat koneksi internet, semakin tak lepaslah dengan media sosial. Ya.. media sosial. Media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa.. Masyarakat zaman sekarang tak ingin ketinggalan zaman dan berkecimpung di media sosial merupakan salah satu cara agar mereka tidak terlihat ketinggalan zaman.

Gadget dan media sosial ini yang membuat masyarakat menjadi sering menunduk. Mengapa menunduk? Mereka menunduk karena selalu melihat ke layar handphone mereka. Asik bermain di media sosial, seperti path, instagram, facebook, twitter, dan yang saat ini lagi booming adalah bigo live. Ada juga mereka yang bermain game, chatting dengan teman-teman media sosial lainnya, dan semacamnya.

Fenomena seperti bisa kita sebut bahwa kehidupan kita sudah “dijajah dunia maya”. Bagaimana tidak? Mereka lebih menyibukkan diri mereka untuk berkecimpung di dunia maya, terlebih lagi mata mereka hanya difokuskan pada satu titik, yaitu layar handphone. Apa lagi namanya kalau bukan dijajah?

Mereka sudah tidak mementingkan keadaan di sekitar mereka. Mereka sibuk berkomunikasi dengan teman-teman di media sosialnya tapi tidak berkomunikasi dengan orang yang ada di sekitar mereka. Mereka senyam-senyum dengan layar handphone mereka tapi mereka berdiam diri dengan orang-orang di sekitar mereka

Mereka yang aktif di dunia maya pun belum tentu aktif pula di kehidupann nyata. Hal itulah yang bisa menjauhkan mereka dari hal positif yang ada di kehidupan nyata. Apa kabar dunia nyata? Apa kabar bumi jika semua orang seperti mereka yang hanya bisa menunduk dan menatap layar handphone mereka? Siapa yang memperhatikan bumi ini?

Memiliki handphone boleh, bermain dengan media sosial pun boleh. Tetapi, ada kalanya Anda harus berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena jika kita mengalami kesulitan, hal pertama yang kita pikirkan untuk membantu adalah orang sekitar Anda, bukan orang-orang yang ada di media sosial.

Jika Anda melaporkan kesulitan Anda ke media sosial, orang-orang yang melihat pun belum tentu membantu Anda. Memang, mungkin ada beberapa orang yang merespons dan ingin membantu, tetapi yang hanya melihat bahkan sampai menertawakan kesulitan Anda pun pasti ada. 

Jika Anda menyebarkan berbagai yang Anda alami ke media sosial, itu membuktikan bahwa Anda sudah kecanduan internet dan media sosial. Hal itu yang sebenarnya harus diwaspadai. Namun, ada beberapa cara mengobati kecanduan terhadap internet dan media sosial, antara lain:
  •      Niat dan Membulatkan Tekad

Apapun yang kita lakukan harus berdasarkan niat. Niat yang baik serta menjalankannya dengan sungguh-sungguh pasti akan berbuah keberhasilan. Niatkan dengan tekad yang bulat untuk menjauhi dunia maya. Menjauhi dunia yang membawa dampak negatif bagi kehidupan.
  •       Dapat Membedakan Mana yang Baik dan Buruk

Semua hal terdapat di dalam internet dan media sosial. Kita harus dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Hal yang baik boleh kita ikuti dan yang buruk kita harus hindari.
  •         Puasa Membuka Sosial Media

Kita harus dapat menahan diri untuk membuka media sosial. Bagi yang sudah kecanduan media sosial mungkin sulit, tapi apa salahnya untuk mengobati kecanduan tersebut kita tahan sedikit untuk membuka sosial medianya. Tidak usah langsung dalam jangka waktu yang lama untuk melakukannya, namun bisa dilakukan secara bertahap agar lebih efektif  keberhasilannya.
  •       Lakukan Hal yang Lebih Bermanfaat

Ketika Anda sedang berpuasa untuk membuka media sosial. Anda bisa melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Misalnya, Anda bisa pergi hangout bersama teman atau keluarga Anda, masak untuk keluarga Anda, ataupun kegiatan lainnya. Hal tersebut bisa membuat Anda melupakan media sosial Anda
  •      Tidak Membuka Ponsel Ketika Berkumpul

Sebaiknya Anda tidak membuka handphone Anda ketika sedang berkumpul dengan keluarga atau kerabat Anda. Gunakanlah waktu berkumpul sebaik mungkin tanpa adanya gangguan dari media sosial.
  •     Buatlah One-Hour Rule

Buatlah kebiasaan untuk tidak membuka media sosial satu jam sebelum tidur dan satu jam setelah bangun tidur. Hal ini akan memberikan dampak yang baik agar Anda tidak kecanduan membuka media sosial. 
  •     Mengatur Waktu Online

Anda dapat mengatur waktu online sebaik mungkin. Berilah waktu 1-2 jam sehari untuk membuka media online. Dibiasakan namun pasti keberhasilannya.
  •    Menghapus Koneksi dan Memblokir Media Sosial

Jika Anda sudah mulai terbiasa untuk tidak membuka media sosial, sebaikya Anda bisa menghapus koneksi ataupun memblokir media sosial Anda agar tidak kembali kecanduan media sosial.

Demikianlah beberapa cara untuk mengobati kecanduan internet dan media sosial. Mulailah dari sekarang, kapan lagi Anda melakukan perubahan yang baik kalau tidak dimulai dari sekarang? Budayakan berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial bukan makhluk media sosial.
Semoga bermanfaat.
Share:

Jumat, 14 Oktober 2016

Sakit Gigi? Sakitkah?

           Tidak ada komentar    
Menderitanya Bila Sakit Gigi
Apakah Anda tahu bahwa kesehatan mulut yang baik merupakan faktor utama agar tetap sehat lebih lama? Perawatan kesehatan gigi dan mulut sangat penting.  Jika Anda ingin menjaga gigi Anda untuk seumur hidup dan tetap sehat dari tahun  ke tahun, maka menjaga kesehatan mulut adalah penting. Para ahli kesehatan mulut menyarankan untuk menyikat gigi dua kali setiap hari, dan setelah makan jika memungkinkan. Anda dapat menggunakan hidrogen peroksida sebagai oral bilas untuk membunuh bakteri yang juga baik untuk memutihkan gigi. Jika Anda sakit, Anda tidak harus khawatir tentang masalah isu kesehatan mulut yang mungkin meracuni tubuh Anda. Perawatan Kesehatan Mulut dan Petunjuk kebersihan gigi yang harus Anda ikuti agar gigi Anda terjaga dengan baik.
Di dalam gigi ada yang namanya pulpa gigi yang terdiri dari pembuluh darah, jaringan, serta saraf-saraf yang sensitif. Sakit gigi terjadi ketika pulpa mengalami radang. Peradangan itu sendiri penyebabnya bermacam-macam, antara lain karena adanya tumpukan nanah di bagian dasar gigi akibat infeksi bakteri (abses periapikal), gigi retak, penyusutan gusi, kerusakan gigi yang mengakibatkan lubang, rusaknya tambalan, serta gigi yang terjepit di antara gigi lainnya ketika tumbuh.
Jika sedang menderita sakit gigi, biasanya mengalami gejala seperti nyeri di sekitar gigi dan rahang, pembengkakan, sakit kepala, bahkan demam. Tingkat keparahan nyeri bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga hebat. Dan menurut pola kemunculannya, nyeri bisa timbul dan hilang secara berulang-ulang atau terasa terus-menerus (konstan). Seringkali penderita sakit gigi merasakan nyeri atau ngilu yang memburuk pada malam hari atau ketika mereka makan dan minum, terutama yang terlalu dingin atau panas.
Jika sakit gigi sudah dirasakan dan belum sempat pergi ke dokter, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri, yaitu berkumur dengan menggunakan air hangat, mebersihkan gigi dengan menggunakan dental floss atau benang gigi, membersihkan bagian yang diduga sebagai sumber sakit gigi dengan obat-obatan antiseptic, dan minum obat penghilang rasa sakit, seperti parasetamol, untuk meredakan nyeri. Namun, jangan pernah menggunakan obat-obatan pereda rasa sakit kimia dengan cara dibubuhkan langsung pada bagian yang mengalami sakit. Cara tersebut dikhawatirkan dapat merusak jaringan gusi. Sakit gigi perlu penanganan dokter karena akan bertambah parah jika dibiarkan.
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Karena itu, jika gigi Anda saat ini masih sehat, segeralah lakukan langkah pencegahan sebelum sakit gigi datang. Usaha pencegahan tersebut diantaranya, memeriksakan gigi ke dokter setidaknya satu kali dalam setahun., membatasi konsumsi makanan atau minuman manis, menyikat gigi dua kali sehari, terutama setelah makan, membersihkan cela-cela gigi dengan dental floss atau benang gigi, menggunakan cairan pembersih mulut untuk mematikan bakteri-bakteri yang ada di mulut, dan berhenti atau mengurangi merokok.
Share:

Minggu, 02 Oktober 2016

Budaya Indonesia

           Tidak ada komentar    
Budaya yang Memperkekal Bangsa
Di era perkembangan zaman globalisasi dan serba digital seperti saat ini semakin banyak budaya idonesia yang terangkat namanya dan tidak hanya dikenal di daerah masing-masing, serta deru budaya-budaya asing yang merambah negeri ini membuat budaya daerah semakin gencar untuk ditekankan kepada kalangan muda. Silat termasuk salah satu budaya, seni dan bela diri Indonesia yang memiliki pengaruh kuat di masyarakat. Betapa tidak, bela diri silat lebih menekankan kepada ikatan persaudaran dan memicu hubungan batin antar pelakunya, “Silat itu artinya silaturahmi antar umat beragama, silat juga tidak menekankan pada kekuatan fisiknya saja. Namun, silat adalah rasa cinta akan kedamaian dan rasa kekeluargaan diantaranya,” kata Pak Beben seorang pendekar silat yang disegani di Kampung Gedong, Pasar rebo.
Bela diri silat merupakan budaya lokal yang terus dikembangkan di daerah manapun. Perguruan silat semakin gencar untuk berkembang di situasi maraknya budaya asing yang mulai merambah ke dalam hidup masyarakat melalui agama, teknologi informasi, pola hidup, dan bentuk lainnya. “Saya berharap budaya silat terus berkembang besar di Indonesia ini untuk meneyelamatkan anak muda bangsa dari pengaruh budaya asing yang negati, seperti narkoba, seks bebas, dan lain-lain deh pokoknya, agar kedepannya dapat terbentuk masyarakat yang lebih baik,” ujar Pak Beben.

Sebuah kesalahan jika silat hanya dipandang sebagai bela diri untuk menjaga keselamatan. Padahal, ada hal yang lebih besar yang dapat diperoleh saat mempelajari seni bela diri tersebut. Tak sekadar dapat keahlian dalam bela diri yang berfungsi sebagai penjagaan diri sendiri juga orang disekitar kita, dengan mempelajari bela diri kita juga dilatih dalam kedisiplinan dan menambah rasa kekeluargaan serta menekankan rasa cinta kita terhadap budaya negeri.
Share:

Selasa, 20 September 2016

Jika Saya Menjadi

           Tidak ada komentar    
Jika Saya Menjadi

Sebelum saya memasuki dunia perkuliahan, saya ingin menjadi seorang guru yang bisa mengajar para calon penerus bangsa  negara ini. Namun, setelah saya diterima di Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan dengan prodi  Penerbitan  (Jurnalistik), saya dituntut untuk menjadi seorang jurnalis(wartawan)/penulis. Setelah saya ikuti perkuliahan ini,  yang tadinya saya tidak tahu sama sekali tentang dunia jurnalistik, saya menjadi merasa terntantang dengan pekerjaan yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.

Jurnalis? Hmm… Belajar meliput dan menulis. Saya yakin, selama saya menghargai proses belajar menjadi jurnalis, selama itu pula pintu kesusksesan terbuka untuk saya.
Jurnalis dalam benakku adalah orang kepo. Seseorang yang pekerjaannya hanya mencari tahu apa yang sedang terjadi. mencoba mencari tahu dan terus mencari tahu permasalahan yang ada di sekitar mereka. Namun, dibalik itu, jurnalis tidak egois. Setelah seorang jurnalis mendapatkan datanya, ia akan mengolah kembali data-data tersebut kemudian ia beritakan mepada masyarakat sekitar sehingga masyarakat tidak ketinggalan kabar.

Saya kira, tugas jurnalis hanya mencari berita dibelakang kamera saja dan yang membacakan muncul di hadapan kamera dan langsung menjelaskan situasi apa yang sedang terjadi.
Menjadi jurnalis televisi tentu bukan tugas yang mudah. Jika saya menjadi jurnalis televisi, saya harus bisa membuat ekspresi wajah saya sedemikian rupa agar tidak terlihat gugup dan tetap bisa memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat. Terlebih lagi jika saya harus mewawancarai langsung dengan narasumber. Dan kalian bisa bayangkan gak sih? Narasumber seorang jurnalis itu bermacam-macam. Mulai dari kalangan masyarakat, selebritis sampai ke pejabat negara bahkan presiden. Mulai dari narasumber yang orangnya santai sampai yang emosian. Mulai dari orang Indonesia sampai orang luar negeri sekali pun atau bisa saja saya harus mewawancarai narasumber sampai ke luar negeri. Wahh, bisa kerja sekalian jalan-jalan ya hahaha. Eits, intinya itu ya jika saya mejadi jurnalis televisi, saya harus paham benar tentang narausmber saya dan harus bisa menempatkan diri saya.


Najwa Shihab pernah mengatakan “TV itu real, what you see is what you get”.  Orang akan melihat apa adanya yang sedang kita lakukan. Maka dari itu, lakukanlah yang terbaik apapun yang saya mampu untuk menjadi jurnalis televisi agar masyarakat pun puas dan jelas atas informasi/berita yang saya sampaikan.
Share:

Amateur Journalist

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.